AMIRA, TEH HANGAT DAN SEPOTONG KISAH DARI PALESTINA

AMIRA, TEH HANGAT DAN SEPOTONG KISAH DARI PALESTINA
Berbagi dipagi hari

 

DISUATU PAGI DI JALAN HERRODZ, PALESTINA

“Assalamualaikum,,,.singgahlah sebentar dan minum teh hangat kami..”

sapa walidz kepada para peziarah yang lewat, sambil menyodorkan secangkir teh dan seonggok kurma manis

tak menunggu lama,berkumpulah  para penikmat teh yg kebetulan lewat digang sempit disekitaran jalan herrodz,

Lelaki botak paruh  baya itu dan anaknya Amira,setiap pagi,setelah sholat subuh, di masjidil Al-aqso

selalu menunggu para jamaah yang lewat.kedua anak beranak itu akan menyapa dan membagikan secangkir teh hangat dan sepotong kurma.

Amira,gadis kecil usia 7 tahunan itu sibuk membantu bapaknya,meyodorkan gelas gelas dan kurma kepada para penziarah,tanpa berkata apa apa.

senyum manis selalu mengembang dibibirnya,tanpak jelas keikhlasan dan bahagia dimatanya yang polos.

Pipinya merah merona,bukan pula karena malu,tetapi karena suhu dingin menembus tulang,dibalas dengan  setimpal oleh putih halus kulitnya.sempurna.

Dihari kedua,dan terakhir pertemuan kami,aku sempat berbincang bincang dengan bapaknya.

Mereka merupakan penduduk asli palestina,yang tingal di sekitaran Baitul Magdis.dilorong jalan herrodz.bapaknya sempat mempunyai Pasport Jordania,hingga bisa pergi ke Tanah suci mekah dan madinah.

Lumayan beruntung dibanding dengan penduduk yang lain, yang terpaksa mempunyai Pasport dan ID israel.agar bisa diakui disana.Hampir semua orang Palestina yang tinggal di jérusalem,hebron,jericho,Betlehem dan sekitarnya  memakai ID Israel.dan sebagian lagi memakai Pasport Israel dan terpaksa mengakui sebagai warga negara Israel.dengan konsekwensi akan ditolak bila memasuki tanah suci,dan dipastikan tidak bisa menunaikan ibadah haji dan umroh.

pilihan suit memang di tengah konflik berkepanjangan.

“Aku memulai membagikan teh dan kurma sudah lama,jauh sebelum amira lahir ,

Hanya ini yang bisa kami lakukan di sisa usia ini, dan aku berharap Amira akan tetap melakukannya,walaupun aku telah tiada

“.  Ujar Walidz seraya menghela napas panjang.

Aku menepi,karena penziarah sudah mulai ramai mengerubungi Amira.tangkas sekali gadis kecil itu membagikan teh hangat kepada penziarah.sesekali dia tersenyum setelah digoda oleh peminum teh.Hal kecil yang dilakukannya setiap pagi,bentuk sedekah yang tulus tanpa pamrih.Mungkin dibenaknya,berjuang untuk negranya,tidak harus selalu dengan kekerasan,dan pertumpahan darah.Cukuplah dengan segelas teh dan sepotong kurma.

catatan kecil,dalam sebuah perjalanan di sudut kota jerusalem.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *